My Precious Family (1)

Kesempatan menikmati kebaikan Tuhan menjadi hal yang sangat istimewa. Ketika di dalamnyam, aku merasa diberkati, ditegur, diingatkan banyak hal.
GKY Palembang mengadakan pekan keluarga. Dalam 3 malam berturut-turut, mengadakan seminar keluarga dengan pembicara Pdt. Henry Ongkowijoyo dan Pdt. Julianto Simanjuntak.




Kej 2 : 18,21-25
2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 2:23 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." 2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 2:25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

Khotbah ini disampaikanmoleh Pdt. Henry Ongkowijoyo
Keluarga dibangun dan tak lepas dari sebuah pernikahan yang kudus di hadapan Allah.
Maka pernikahan menjadi elemen dasar dalam membangun sebuah keluarga.
Pernikahan adalah inisiatif Allah bagi manusia. Dalam ayat 18, Allah menyatakan  “tidak baik..” menyatakan bahwa kebutuhan manusia akan seorang teman disadari dan dimulai dari Allah sendiri. Allah-lah yang menjadi awal akan apa yang menjadi kebutuhan manusia itu sendiri, bukan dari kesadaran Adam pada saat itu. Pernikahan bukan dibangun dari kemampuan yang luar biasa, tapi dari keterbatasan manusia yang tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan pasangan karena kita terbatas dan tak dapat melakukan semua dengan sempurna. Dan itu semua pun disadari oleh ALLAH – PERNIKAHAN sebagai inisiatif Allah.
Maka Allah pasti akan menyediakan teman hidup bagi manusia.
Dalam memutuskan dan memilih pasangan hidup harus memiliki kedewasaan yang baik dan dipikirkan secara dewasa. Seperti dalam kisah Ribka dan Ishak, Abraham meminta hambanya paling tua, yang memiliki kuasa atas rumahnya untuk mencarikan pasangan bagi ishak (Kej,24).
Pernikahan diciptakan untuk memampukan kita, dan diciptakan untuk saling menghargai pasangan kita dalam keterbatasan masing-masing.

Pertanyaan bagi ku secara pribadi : Apakah kita layak mendapat yang terbaik, jika aku sendiri adalah yang terbatas?

Dalam ayat 21-22, Tuhan melakukan sesuatu dengan detil dan sungguh-sungguh. Allah menciptakan Hawa dengan sungguh2 dari tulang rusuk Adam.
Kesepadanan berarti Allah menciptakan laki-laki yang mulia maka Allah akan memberikan wanita yang mulia baginya.
Pernikahan menjadi wujud Allah tritunggal.
Seperti dalam pernikahan, ketika pasangan meninggal, yang telah lama menemani dan menikmati waktu-waktu bersama. Maka pasangan yang ditinggalkan akan merasakan sedih yang mendalam.
Saya menyadari pentingnya menemukan pasangan hidup yang sepadan, dan membangun keluarga Allah bersama pasangan yang sepadan tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar