GKY Palembang mengadakan pekan keluarga. Dalam 3 malam berturut-turut, mengadakan seminar keluarga dengan pembicara Pdt. Henry Ongkowijoyo dan Pdt. Julianto Simanjuntak.
Kej
2 : 18,21-25
2:18 TUHAN
Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 2:21 Lalu
TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah
mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
2:22 Dan
dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 2:23 Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." 2:24
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 2:25
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak
merasa malu.
Khotbah ini disampaikanmoleh Pdt. Henry Ongkowijoyo
Keluarga dibangun dan tak lepas dari sebuah pernikahan yang kudus di
hadapan Allah.
Maka pernikahan menjadi elemen dasar dalam membangun sebuah keluarga.
Pernikahan adalah inisiatif Allah bagi manusia. Dalam ayat 18, Allah
menyatakan “tidak baik..” menyatakan
bahwa kebutuhan manusia akan seorang teman disadari dan dimulai dari Allah sendiri.
Allah-lah yang menjadi awal akan apa yang menjadi kebutuhan manusia itu
sendiri, bukan dari kesadaran Adam pada saat itu. Pernikahan bukan dibangun
dari kemampuan yang luar biasa, tapi dari keterbatasan manusia yang tidak bisa
hidup sendiri. Kita membutuhkan pasangan karena kita terbatas dan tak dapat
melakukan semua dengan sempurna. Dan itu semua pun disadari oleh ALLAH –
PERNIKAHAN sebagai inisiatif Allah.
Maka Allah pasti akan menyediakan teman hidup bagi manusia.
Dalam memutuskan dan memilih
pasangan hidup harus memiliki kedewasaan yang baik dan dipikirkan secara
dewasa. Seperti dalam kisah Ribka dan Ishak, Abraham meminta hambanya paling
tua, yang memiliki kuasa atas rumahnya untuk mencarikan pasangan bagi ishak
(Kej,24).
Pernikahan diciptakan untuk
memampukan kita, dan diciptakan untuk saling menghargai pasangan kita dalam
keterbatasan masing-masing.
Pertanyaan bagi ku secara pribadi
: Apakah kita layak mendapat yang terbaik, jika aku sendiri adalah yang
terbatas?
Dalam ayat 21-22, Tuhan melakukan
sesuatu dengan detil dan sungguh-sungguh. Allah menciptakan Hawa dengan
sungguh2 dari tulang rusuk Adam.
Kesepadanan berarti Allah
menciptakan laki-laki yang mulia maka Allah akan memberikan wanita yang mulia
baginya.
Pernikahan menjadi wujud Allah
tritunggal.
Seperti dalam pernikahan, ketika
pasangan meninggal, yang telah lama menemani dan menikmati waktu-waktu bersama.
Maka pasangan yang ditinggalkan akan merasakan sedih yang mendalam.
Saya menyadari pentingnya
menemukan pasangan hidup yang sepadan, dan membangun keluarga Allah bersama
pasangan yang sepadan tersebut.
0 komentar: